Selasa, 27 April 2010

Nota Minyak Rambut 7 Agustus 1948

Sudah Terjual

Meterai : Plak Zegel Indonesia
Harga Rp 20.000,-
Sudah Terjual

Kwitansi Tinta Pulpen Arona 17 Mei 1946

Sudah Terjual

Meterai : Dai Nippon
Harga : Rp 20.000,-
Sudah Terjual

Kwitansi Tinta Pulpen Arona 17 April 1946

Sudah Terjual

Meterai kwitansi ini : Dai Nippon
Harga Rp 20.000,-
Sudah Terjual

Soerat Bajaran Oeang Tanggoengan Listrik

Sudah Terjual



Surat bermeterai Dai Nippon.
Tanggal surat : 7 - 5 - 1946
Harga Rp 25.000,-
Sudah Terjual

Surat Ijin Pesawat Penerima Radio 1966

Sudah Terjual



Harga Rp 30.000,-
Sudah Terjual

Rabu, 14 April 2010

Kwitansi Fiag Tanggal 1 - 7 - 1938

Sudah Terjual



Ditulis dalam empat bahasa : Belanda, Arab, Melayu dan Jawa.
"Ingat djangan sekali-kali terima kwitantie jang boekan seperti model Mij ini ; apalagi kwitantie jang soedah dirobah, ditambah atau ditjorek"
Fiag adalah merk dari Jam Dinding yang terkenal.
Ukuran : 9 x 12 cm
Harga Rp 40.000,-
Sudah Terjual

Selasa, 13 April 2010

Jalan Braga Bandung

Sudah Terjual



Sejarah Jalan Braga


Awalnya Jalan Braga adalah sebuah jalan kecil di depan pemukiman yang cukup sunyi sehingga dinamakan Jalan Culik karena cukup rawan, juga dikenal sebagai Jalan Pedati (Pedatiweg) pada tahun 1900-an. Jalan Braga menjadi ramai karena banyak usahawan-usahawan terutama berkebangsaan Belanda mendirikan toko-toko, bar dan tempat hiburan di kawasan itu seperti toko Onderling Belang. Kemudian pada dasawarsa 1920-1930-an muncul toko-toko dan butik (boutique) pakaian yang mengambil model di kota Paris, Perancis yang saat itu merupakan kiblat model pakaian di dunia. Dibangunnya gedung Societeit Concordia yang digunakan untuk pertemuan para warga Bandung khususnya kalangan tuan-tuan hartawan, Hotel Savoy Homann, gedung perkantoran dan lain-lain di beberapa blok di sekitar jalan ini juga meningkatkan kemasyhuran dan keramaian jalan ini.

Namun sisi buruknya adalah munculnya hiburan-hiburan malam dan kawasan lampu merah (kawasan remang-remang) di kawasan ini yang membuat Jalan Braga sangat dikenal turis. Dari sinilah istilah kota Bandung sebagai kota kembang mulai dikenal. Sehingga perhimpunan masyarakat warga Bandung saat itu membuat selebaran dan pengumuman agar "Para Tuan-tuan Turis sebaiknya tidak mengunjungi Bandung apabila tidak membawa istri atau meninggalkan istri di rumah".

Di beberapa daerah dan kota-kota yang berdiri serta berkembang pada masa Hindia Belanda, juga dikenal nama jalan-jalan yang dikenal seperti halnya Jalan Braga di Bandung seperti Jalan Kayoetangan di kota Malang yang juga cukup termasyhur dikalangan para Turis terutama dari negeri Belanda juga Jalan Malioboro di Yogyakarta dan beberapa ruas jalan di Jakarta. Namun sayangnya nama asli jalan ini tidak dipertahankan atau diubah dari nama sebelumnya yang dianggap populer seperti halnya Jalan Kayoetangan di kota Malang diganti menjadi Jalan Basuki Rahmat. Dari : wikipedia.org

Jalan Braga


Jalan Pedati (yang kemudian menjadi Jalan Braga) berkembang secara lambat dari hanya jalan pintas semata menjadi kawasan pemukiman.
Pada tahun 1874 barn ada enam atau tujuh rumah permanen diselingi beberapa warung beratap rumbia. Bila malam tiba, digunakan obor sebagai alat penerangan. Rumah-rumah batu tersebut menempati kapling-kapling yang luas sehingga antara bangunan yang satu dengan yang lain tidak berimpitan (renggang). Halaman depanpun luas dan bisa didapati adanya gudang-gudang atau paviliun di samping bangunan rumah-rumah tersebut.

Nama "Braga" sendiri menimbulkan beberapa kontroversi. Ada kalangan yang mengatakan, Braga berasal dari sebuah perkumpulan drama Bangsa Belanda yang didirikan pada tanggal 18 Juni 1882 oleh Peter Sijthot, seorang Asisten Residen, yang bermarkas di salah satu bangunan di Jalan Braga. Diduga sejak saat itulah nama Jalan Braga digunakan. Pemilihan nama "Braga" oleh perkumpulan drama ini diperkirakan berasal dari beberapa sumber yang erat kaitannya dengan kegiatan drama, antara lain nama Theotilo Braga (1834 -1924), seorang penulis naskah drama, dan Bragi, nama dewa puisi dalam mitologi Bangsa Jerman.

Sementara itu ada versi lain dari nama "Braga".

Menurut ahli Sastra Sunda, Baraga adalah nama jalan di tepi sungai, sehingga berjalan menyusuri sungai disebut ngabaraga. Sesuai dengan perkembangan Jalan Braga (terletak di tepi Sungai Cikapundung), yang kemudian menjadi tersohor ke seluruh Hindia Belanda bahkan ke manca negara, Jalan Braga menjadi ajang pertemuan dari orang-orang, dan ngabaraga tadi berubah menjadi ngabar raga, yang lebih kurang artinya adalah pamer tubuh atau pasang aksi.

Memang di masa-masa sebelum PD II, disaat Jalan Braga sedang jaya jayanya, jalan ini dijadikan ajang memasang aksi menjual tampang sehingga dikenal juga istilah khas Bragaderen. Perkataan deren dalam kamus Bahasa Belanda kurang menjelaskan arti kata penggabungan Braga dan deren sehingga disimpulkan, Bragaderen berasal dari kata paraderen yang artinya berparade, jadi Bragaderen lebih kurang berarti berparade di Jalan Braga. Dari : bandungheritage.org

Harga Rp 90.000,-
Sudah Terjual

Gedung Sekolah Tionghoa Bandung

Sudah Terjual


Harga Rp 90.000,-
Sudah Terjual

Kartupos Bergambar Taman Apsari Simpang Surabaja



Harga Rp 90.000,-

Minggu, 04 April 2010

Peringatan Enam Boelan Pemerintahan Balatentara Dai Nippon

Sudah Terjual

Isi buku :
- Oendang-oendang dari Pembesar Balatentara Nippon
- Keterangan Padoeka J.M. Luit. Generaal H. Imamura Dalam Peringatan Perajaan Tentjosetsu.
- Boean Peperangan Jang Gilang Gemilang Didalam Asia Raja.
- Tentang Pembangoenan Masjarakat Baroe di Poelau Djawa.

- Oendang-oendang No. 27 Tentang Peroebahan Tata Pemerintahan Daerah (Oleh Balatentara Dai Nippon, Batavia tanggal 5 boelan 8, tahoen Syouwa 17 (2602)
-Oendang-oendang No 28 Tentang Atoeran Pemerintahan Syuu dan atoeran pemerintahan Tokubetu - Si
- Angkatan Syuutyoo Diseloeroeh Djawa.
- Enam Boelan Dibawah Pemerintahan Dai Nippon. Keterangan pemoeka-pemoeka bangsa Indonesia.
- Toean Soetardjo terlebih dahoeloe menerangkan.
- Keterangan R. Toean Otto Iskandar Dinata
- Toean Soekardjo Wirjopranoto memberikan pandangannja
-Pemandangan Toean Ir. Soekarno
- Keterangan Toean R. Abikoesno Tjokrosoejoso


Ukuran : 21,5 x 16 cm
Tebal : 46 halaman
Penerbit : Oesaha Baroe "Penjiar" - Jakarta
Tanggal Terbit : Djakarta - achir boelan sembilan 2602
Harga : Rp 100.000,-

Sudah Terjual